dot dot dot
dot dot dot
 

 

 
 

SELAYANG PANDANG

SEKOLAH INDONESIA CAIRO

 
 

 

Oleh: Achmad Isrona M.

 

Sejak berdirinya pada tahun 1956 Sekolah Indonesia Cairo (SIC) telah banyak mengalami perubahan dan kemajuan yang sangat signifikan, dengan berdasarkan Surat Keputusan tanggal 11 Oktober dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 41 tahun 1961, maka secara resmi telah mendapat pengakuan dari pemerintah RI. Sebagai satu sekolah yang mengacu pada kurikulum nasional sejak berdirinya Sekolah Indonesia Cairo berusaha secara konsisten untuk tetap berpegang pada ketentuan-ketentuan kurikulum dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Setelah empat puluh tiga tahun berdirinya Sekolah Indonesia Cairo telah menempati sebuah gedung yang sangat strategis di kawasan Dokki-Giza. Gedung berlantai empat yang sekarang ditempati merupakan tempat pendidikan putra-putri Indonesia khususnya masyarakat Indonesia di Cairo-Egypt. Masyarakat Indonesia di Cairo yang kurang lebih berjumlah 2500 orang yang terdiri dari pelajar, mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi di Mesir khususnya Al Azhar, Staf Diplomatik dan Lokal staff KBRI Cairo.

Gedung Sekolah Indonesia Cairo yang diberi nama Wisma Indonesia selain digunakan untuk kegiatan pendidikan juga digunakan untuk kegiatan pameran produksi perdagangan, ruang display Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Perpustakaan Umum Indonesia, dan juga digunakan untuk kegiatan Mesjid Indonesia yang menempati lantai empat. Selain untuk kegiatan yang telah disebutkan diatas juga digunakan untuk kegiatan masyarakat Indonesia lainnya.

 

Dulu, sekarang dan masa depan

  • Dulu

Seperti telah disebutkan diatas bahwa untuk pertama kalinya Sekolah Indonesia Cairo (SIC) berdiri sejak tahun 1956 yang kemudian dikukuhkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1961. Sejak berdirinya Sekolah Indonesia telah menempati beberapa gedung untuk pertama kali Sekolah Indonesia Cairo menempati sebuah gedung di wilayah Zamalek yaitu jalan 26 Juli st yang merupakan gedung yang disewa oleh KBRI, gedung ini ditempati selama satu tahun dan pada tahun 1962 pindah ke sebuah gedung di daerah dokki yaitu di jalan Babel No.13 Mosaddak. Di atas tanah seluas 511 m2 dan memiliki dua lantai menyewa sebuah gedung untuk dijadikan sebagai Sekolah Indonesia Cairo.sejak saat itu secara resmi kegiatan belajar mengajar menempati gedung baru tersebut. Pada tahun 1983 atas inisiatif KBRI gedung ini dibeli dan pada tahun 1984 direnovasi untuk dijadikan empat lantai. Selesai renovasi tahun 1985 gedung tersebul diresmikan oleh Dubes RI Bapak Barkah Tirtadidjaja dengan nama "Wisma Indonesia". Sekolah Indonesia Cairo menempati gedung tersebut pada tanggal 1 Januari 1985.

Di awal berdirinya Sekolah Indonesia Cairo ini ditangani oleh empat tenaga pengajar yaitu T.Thabrani Harumy, sebagai Kepala Sekolah, Hasan Langgulung, Sekarang DR dan Guru Besar di Universitas Kebangsaan, Malaysia, Fadlullah Munawar menyelesaikan pendidikan teknik dan meraih gelar Ir, dan Djakfar Nur. Sementara itu jumlah siswa Sekolah Indonesia Cairo ini berjumlah 5 orang yaitu Farida (Ida) Djalaluddin, Faisal Djalaluddin, Butet (sekarang Nyonya Djohar Bahri) Ipar dari Bapak Djafar Zainuddin dan Putra Bapak Husein (?????)

Kelima orang siswa tersebut diataslah yang merupakan "pioner" di Sekolah Indonesia Cairo. Di awal berdirinya tersebut siswa Sekolah Indonesia ini mendapat tambahan murid dengan masuknya lima orang putra Bapak Latjuba (Duta Besar RI), Tiga orang putra Bapak Ghaizir (alm), tiga orang putra Bapak Iskandar.

Penambahan siswa-siswa ini dipelopori oleh Bapak H.Mahmud L.Latjuba sebagai Duta Besar RI yang tanpa-tanpa ragu-ragu memasukkan putra-putri beliau ke Sekolah Indonesia Cairo. Salah satu komentar yang menarik bisa kita simak dari Bapak Drs.H.Thabrani Iskandar (1982) "… makin dipercayalah SIC, sebagai contoh terbaik ialah Bapak Duta Besar H.Mahmud L.Latjuba, begitu datang di Cairo dengan tidak ragu-ragu memasukkan putra-putrinya ke SIC. Dengan sikap positif ini semakin kokohlah SIC".

Pada tahun 1967 ada saat dipimpin oleh Bapak Pitojo SIC berhasil menyelenggarakan ujian akhir tingkat SMA untuk pertama kalinya.dengan pengikut satu orang. Siswa yang pertama kalinya mengikuti ujian akhir tingkat SMA itu ialah (??????)

Sekolah Indonesia Cairo (SIC) yang berstatus sebagai sekolah swasta berbantuan datam melaksanakan pendidikan dasar dan menengah di bawah pengelolaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dimana pengeolaan ini berlaku untuk sekolah negeri dan swasta, untuk itu pula SIC menggunakan kurikulum 1975 untuk jenjang SD dan SMP dan kurikulum 1984 untuk jenjang SMA, pelaksanaan kedua kurikuluin tersebut disesuaikan dengan kalender pendidikan nasional yang dikeluarkan oleh Dirjen Dikdasmen Depdikbud Jakarta.

SIC yang pada awal berdirinya ditangani oleh 4-tenaga pengajar, kini telah makin maju dengan tenaga pengajar dan kelengkapan sarana yang memadai, seperti Laboratorium Kimia, Biologi dan Fisika.Jumlah guru saat ini 18 orang, terdiri dari Kepala Sekolah dan 11 tenaga guru tetap, 4 guru honorer dan 2 orang tenaga untuk perpustakaan dan tata usaha sekolah.

Sebagai sekolah Indonesia tertua di luar negeri (1956) SIC senantiasa berusaha tneningkatkan pengelolaan akademis yang tahun demi tahun memerlukan perhatian lebih serius.

 

  • Sekarang

Seperti halnya sebuah perjalanan sejarah,SIC mengalami dinamika keberadaannya. Dengan masih menempati gedung berlantai empat di pojok jalan antara St.Mosaddak dengan St.Babel, dilingdungi oleh rimbunan pepohonan yang memberikan kesejukan, khususnya pada setiap musim panas agak sedikit memberikan udara segar untuk bernapas. Sejalan dengan masuknya musim bunga tampak indah SIC yang dihiasi oleh warna-warna alami bunga.

Digedung ini pula putra-putri bangsa memperoleh pendidikan khas Indonesia, mulai dari TK,SD,SLTP dan SMU semua berbaur dalam wadah yang sama.

Melewati kurun waktu yang cukup lama perubahan kepemimpinan kepala sekolah memberikan warna tersendiri bagi sejak tahun 1990 dengan Kepala Sekolah Syamsu Abdulrajak,BA (almarhum-semoga Allah SWT menempatkan beliau ditempat yang paling layak), Drs.Hussain Landa, Drs.Abu Bakar dan terakhir periode 1999 sampai sekarang dirigen SIC dipimpin oleh Drs.Kuswandi.

Sejak awal berdirinya SIC senantiasa memiliki dinamika yang terus bergerak sesuai tuntutan waktu dan kondisi yang berlaku. Seperti kata orang bijak dinamika kehidupan akan diwarnai oleh tindakan dan perilaku mereka yang mengisinya.

Guru merupakan bagian dari dinamika kehidupan Sekolah Indonesia Cairo, yang turut memberi warna dan nuansa setiap langkah dan gerak anak didik. Ketika bangsa Indonesia memasuki era kritis menghadapi kritis multidimensi, tak pelak lagi imbas terhadap sekolah juga terasakan. Pengurangan tenaga pengajar mulai diberlakukan sehingga sejak tahun 1998 SIC guru yang mengajar hanya tinggal sepuluh orang saja. Dari yang paling senior dan terlama dr.Mustafid Dahlan, Ibu.Alfania A.Adam, Syahruddin Nasution,BA.,Ahmad Fauzan A,Lc., Drs.DHS.Haryadi, Drs.Harry Widianto, Drs.Nusron Romdon, Drs.Achmad Isrona M.,Eddy Wijono Spd., Drs.Endang R.Burhanuddin, nama yang disebut terakhir adalah guru negeri yang diperbantukan oleh DIKNAS ke Sekolah Indonesia Cairo.

Selain guru-guru yang disebut diatas terdapat paling tidak dua orang guru negeri yaitu Drs.Dodo Abdushomad dan Drs.Harlian S.Kantap yang sudah menyelesaikan tugasnya pada periode ini. Yang sampai sekarang belum ada penggantinya, hal ini pula yang menyebabkan beban mengajar guru yang ada cukup berat.

Ibarat sebuah pepatah yang berlaku di SIC kalau bicara tentang guru adalah seperti sebuah "kunci inggris", yang harus bisa berbuat dan mengajar dalam semua tingkat dan kalau perlu bidang studi.

Bagian lain yang tidak kalah pentingnya adalah orang yang mengurus masalah tetek bengek urusan administrasi dan perlengkapan. Pada periode ini 1990-2003 tercatat paling tidak Mat Sani Kosim, Ibu Nursiah Mahmud SH., Ali asyar dan Maslihan Ali LC.

Sekarang ini yang getol "wara wiri" mengurus administrasi, kebutuhan siswa, kebutuhan perlengkapan adalah "sang buldoser" Maslihan Ali yang masih pengantin baru, mesti datang paling awal pulang paling akhir. Tak tanggung pula dia punya dua kantor sekaligus ruang TU dan ruang perpustakaan.

Di Bagian lain SIC ada orang yang paling lama dan paling tua, paling getol yang selama hidupnya ini hanya untuk SIC siapa dia? Tak lain adalah Amu Abduh, warga negara mesir yang telah mengabdikan dirinya di SIC sekitar 30 tahunan.Dengan tugas multiganda dari kebersihan sampai belikan makanan dan nyuci piring. Walau rambut sudah mulai memutih gigipun udah tampak bolong-bolong, dia pula yang paling setia menjaga pintu gerbang sekolah. Tercatat pula orang Medan satu ini Nasrun Nasution yang kerjanya urusan kebersihan mulai kelas sampai mesti naik-naik jendela bersihkan kaca.

 

GEDUNG SIC

Cerita gedung SIC yang ngak pernah mengalami upgrade karena senantiasa terawat, paling tidak pernah mengalami pergantian beberapa kali pengecatan, sekali pergantian karpet. Pada awal tahun 1990 semua jendela sic yang gede-gede itu ada tirai alumunium hampir disetiap kelas, sekarang hampir semua kelas ngak punya tirai hingga kalau musim panas anak-anak kita mesti betah dengan tajamnya cahaya matahari. Tapi masih untung pula setiap kelas telah memiliki AC yang baik, walau kita mesti berlomba dengan kerasnya suara AC.

Sementara itu wajah hitam kelam didepan kelas tak lagi nampak sekarang semua sudah berganti menjadi putih mengkilap, ngak berdebu lagi. Mr.Kapur tulis sudah kita pensiunkan, kita ganti dengan Mr.Spidol. Siapa dia? Papan tulis!!.

Fungsi gedung ini tak hanya sebagai tempat anak-anak kita menuntut ilmu, gedung ini pula berfungsi sebagai pusat informasi kebudayaan KBRI, paling tidak didepan gedung kita ini ada tulisan tenttang Pusat Informasi dan Kebudayan. Dilantai bawah gedung ini pula terdapat ruangan masjid yang berhasil dibangun dan sangat refresentatif.

Dilantai dasar yang berdampingan dengan Masjid Indonesia Cairo yang sekarang di komandani DR.Nursamad Kamba (atdikbud-KBRI Cairo) terdapat pula dua ruang yang digunakan untuk ruang belajar TK (Taman Kanak Kanak) dan satu ruang bermain.

Untuk Taman Kanak-Kanak (TK) mesti dicatat sebagai pengabdian khusus dan layak mendapat bintang, kenapa tidak sejak pengurangan tenaga guru, maka guru-guru TK mengabdikan dirinya dengan hanya bantuan orang tua siswa, Dra.Luki Komariah, Dra.Yenni Wachyuningsih dan Ibu Hamdallah yang secara bergiliran membina siswa TK.

 

KBRI, BP3 dan KOMISI SEKOLAH

Tak dipungkiri pula keberadaan SIC sangat tergantung pada KBRI Cairo khususnya yang menyangkut anggaran rutin, sementara ini SIC tidak memiliki sumber dana selain KBRI. Orang tua murid tak kalah pentingnya dalam keberadaan SIC kepercayaan mereka untuk menyekolahkan putra-putrinya meupakan kepercayaan yang sangat tinggi sehingga SIC tetap menunjukkan keberadaanya.

Pada periode 1990 sampai 2003 ini peran BP3 yang telah dikomandani berturut-turu mulai dari ................ sampai dengan Kolonel Modjo Basuki (Atase Pertahanan-KBRI Cairo) yang menjadi ketua BP3 sejak tahun 2000-2003.

 

 

--- (*) ---

 

 

 

 

 

 

 

   

@Copyright 2003